SIAPAKAH
SOSOK KH. SULAIMAN TAMAM?
KH.
Sulaiman Tamam dilahirkan di desa Menganti, kecamatan Kedung, kabupaten Jepara pada
tahun 1916 Masehi dari pasangan KH. Idris bin mbah Satam dan nyi Salamah binti
Ramijan.
Sosok KH. Sulaiman Tamam
dikenal sebagai sosok pelopor yang tegas dan pemberani. Kepeloporannya
ditunjukkan dengan mendirikan lembaga pendidikan pada saat orang lain belum
memikirkannya. Di bidang politik, KH. Sulaiman Tamam berada pada front terdepan
dalam menghadapi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Jalan
hidup KH. Sulaiman Tamam tergolong unik karena disamping sebagai seorang kyai
yang mengajar santri-santrinya di musholla peninggalan si mbah KH. Idris (ayahnya),
ia juga berprofesi sebagai seorang carik (sekretaris desa), kemudian beralih
menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan jabatan terakhir sebagai Kepala
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kedung. Di bidang organisasi, KH. Sulaiman
Tamam tercatat sebagai Ketua Majelis Wakil Cabang NU Kecamatan Kedung, Syuriah
NU Kabupaten Jepara dan menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Kabupaten Jepara dari Nahdlatul Ulama’.
PERJUANGAN KH. SULAIMAN TAMAM
Perkembangan
pendidikan Islam di Jepara tidak bisa lepas dari sosok KH. Sulaiman Tamam.
Beliau adalah sosok yang berfikiran maju, wawasannya jauh kedepan, berfikir
progresif melebihi kebiasaan berfikir pada zamannya, tegas dan berani mengambil
resiko.
Pada suatu ketika, di
sela-sela waktu istirahat dari mengikuti sidang DPRD beliau melihat seorang
laki-laki tanpa memakai baju sedang menggelandang sepotong pohon Aren. Pohon
Aren bagi masyarakat desa Menganti mempunyai arti tersendiri bagi kehidupan
ekonomi. Sebagian besar masyarakat Menganti menggantungkan mata pencahariannya
dengan mengolah pohon Aren menjadi tepung Sagu. Pohon Aren (sebagai bahan
bakunya) diperoleh dari daerah di Kecamatan Mlonggo, Bangsri bahkan Keling yang
berjarak sampai puluhan kilometer. Untuk membawa pohon Aren dari daerah lain ke
desa Menganti dilakukan dengan cara menarik batang Aren dengan berjalan kaki. Melihat
kejadian itu, KH. Sulaiman Tamam sontak menangis seraya berpikir bahwa dirinya
bisa hidup layak karena mempunyai ilmu yang cukup, sedang lelaki yang baru
dijumpainya itu susah payah mengerahkan seluruh tenaganya untuk mencapai sesuap
nasi.
Dari
peristiwa itu, KH. Sulaiman Tamam bertekad bulat untuk merubah kondisi
masyarakat melalui jalur pendidikan dengan medirikan lembaga pendidikan formal.
Setelah berhasil mendirikan lembaga pendidikan Islam tingkat dasar yang bernama
Madrasah Wajib Belajar (MWB) Raudhatul Muta’allimin setingkat Madrasah
Ibtida’iyah pada tanggal 10 Mei tahun 1955 dan lembaga pendidikan tingkat
lanjutan yaitu Pendidikan Guru Madrasah (PGM) Menganti pada tanggal 1 Februari
tahun 1957 dan baru diresmikan pada tahun 1960 oleh Gubernur Jawa Tengah,
Mochtar.
Lembaga pendidikan yang
didirikan oleh KH. Sulaiman Tamam kini telah berkembang menjadi beberapa satuan
pendidikan mulai dari PAUD, RA, MI, MTs, MA dan Pondok Pesantren. Satuan-satuan
pendidikan tersebut berada dalam naungan Yayasan Darul Hikmah Menganti.