Ads Ads

JAM

Minggu, 09 Juli 2017

MENGENAL SOSOK PELOPOR PENDIDIKAN MENGANTI



SIAPAKAH SOSOK KH. SULAIMAN TAMAM?

            KH. Sulaiman Tamam dilahirkan di desa Menganti, kecamatan Kedung, kabupaten Jepara pada tahun 1916 Masehi dari pasangan KH. Idris bin mbah Satam dan nyi Salamah binti Ramijan.
Sosok KH. Sulaiman Tamam dikenal sebagai sosok pelopor yang tegas dan pemberani. Kepeloporannya ditunjukkan dengan mendirikan lembaga pendidikan pada saat orang lain belum memikirkannya. Di bidang politik, KH. Sulaiman Tamam berada pada front terdepan dalam menghadapi Partai Komunis Indonesia (PKI).
            Jalan hidup KH. Sulaiman Tamam tergolong unik karena disamping sebagai seorang kyai yang mengajar santri-santrinya di musholla peninggalan si mbah KH. Idris (ayahnya), ia juga berprofesi sebagai seorang carik (sekretaris desa), kemudian beralih menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kedung. Di bidang organisasi, KH. Sulaiman Tamam tercatat sebagai Ketua Majelis Wakil Cabang NU Kecamatan Kedung, Syuriah NU Kabupaten Jepara dan menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Jepara dari Nahdlatul Ulama’.
           
PERJUANGAN KH. SULAIMAN TAMAM
            Perkembangan pendidikan Islam di Jepara tidak bisa lepas dari sosok KH. Sulaiman Tamam. Beliau adalah sosok yang berfikiran maju, wawasannya jauh kedepan, berfikir progresif melebihi kebiasaan berfikir pada zamannya, tegas dan berani mengambil resiko.
Pada suatu ketika, di sela-sela waktu istirahat dari mengikuti sidang DPRD beliau melihat seorang laki-laki tanpa memakai baju sedang menggelandang sepotong pohon Aren. Pohon Aren bagi masyarakat desa Menganti mempunyai arti tersendiri bagi kehidupan ekonomi. Sebagian besar masyarakat Menganti menggantungkan mata pencahariannya dengan mengolah pohon Aren menjadi tepung Sagu. Pohon Aren (sebagai bahan bakunya) diperoleh dari daerah di Kecamatan Mlonggo, Bangsri bahkan Keling yang berjarak sampai puluhan kilometer. Untuk membawa pohon Aren dari daerah lain ke desa Menganti dilakukan dengan cara menarik batang Aren dengan berjalan kaki. Melihat kejadian itu, KH. Sulaiman Tamam sontak menangis seraya berpikir bahwa dirinya bisa hidup layak karena mempunyai ilmu yang cukup, sedang lelaki yang baru dijumpainya itu susah payah mengerahkan seluruh tenaganya untuk mencapai sesuap nasi.
             Dari peristiwa itu, KH. Sulaiman Tamam bertekad bulat untuk merubah kondisi masyarakat melalui jalur pendidikan dengan medirikan lembaga pendidikan formal. Setelah berhasil mendirikan lembaga pendidikan Islam tingkat dasar yang bernama Madrasah Wajib Belajar (MWB) Raudhatul Muta’allimin setingkat Madrasah Ibtida’iyah pada tanggal 10 Mei tahun 1955 dan lembaga pendidikan tingkat lanjutan yaitu Pendidikan Guru Madrasah (PGM) Menganti pada tanggal 1 Februari tahun 1957 dan baru diresmikan pada tahun 1960 oleh Gubernur Jawa Tengah, Mochtar.
Lembaga pendidikan yang didirikan oleh KH. Sulaiman Tamam kini telah berkembang menjadi beberapa satuan pendidikan mulai dari PAUD, RA, MI, MTs, MA dan Pondok Pesantren. Satuan-satuan pendidikan tersebut berada dalam naungan Yayasan Darul Hikmah Menganti.

HIststs