Kita
nggak bisa membohongi diri kita sendiri, kalau kita sudah menjadi orang yang
sangat tergantung dengan alat komunikasi. Handphone, tablet atau apapun
itu namanya kini menjadi “teman paling dekat” kita. Apalagi alat komunikasi
yang memberikan layanan internet non-stop.
Dari
sebuah benda yang kecil saja, kita bisa mempelajari dan mengetahui banyak hal
di seluruh belahan dunia ini. Jarak seolah bukan lagi masalah besar kita. Kita
bisa tetap berkomunikasi dengan lancar dengan orang yang berjarak sangat jauh
dengan kita. Kita bahkan bisa melihat wujudnya.
Tapi, tahukah kamu kalau gadget atau sejenisnya
telah memberikan dampak yang kurang baik pada pola kehidupan manusia pada
umumnya, juga diri kita sendiri khususnya?
Ya,
kita memang mendapatkan pengetahuan, kelompok teman, atau hal-hal menghibur
lainnya dari internet yang ada di gadget kita. Namun sadarkah kita jika
semua itu harus menjadikan interaksi sosial kita melemah?
Hubungan interpersonal kita mengalami gangguan. Kita
pun jadi lebih introver dan suka dengan dunia kita sendiri.
Nggak
percaya? Lihat aja sendiri orang-orang di sekitarmu. Mereka duduk nunggu bus
aja udah sibuk banget pencet-pencet gadget. Di toilet, sebelum tidur,
rapat, nongkrong atau santai di rumah, sudah sibuk banget otak-atik gadget.
Kadang, pas lagi ngobrol perhatian mereka pecah sama gadget-nya.
Demam gadget menyebar kemana-mana. Mulai dari
tukang becak sampai konglomerat. Dari anak-anak sampai nenek-kakek, semua juga
sibuk main gadget. Semua pada ngerasain gimana enaknya menyusuri dunia
maya yang tak terbatas.
Dalam
satu rumah saja, walau anggotanya sedang ngumpul, tapi masing-masing dari
mereka sibuk dengan gadget. Walau mereka duduk bersama, tapi tak ada
pembicaraan. Mereka sibuk ketawa-ketiwi sendiri, atau memberengut serius
sendiri menatap layar gadget mereka masing-masing.
Di
sekolah, apalagi. Meskipun pada jam pelajaran dilarang menggunakan gadget,
tapi diluar itu, mereka berlomba-lomba menjadi yang paling gaul soal gadget
dan dunia maya.
Terus gimana donk?
Kita
ini sedang ngomongin cara bergaul yang baik dengan orang lain. Lebih tepatnya,
kita sedang belajar membangun hubungan intrapersonal yang benar.
Nah,
hubungannya dengan gadget adalah, gimana cara kita bisa mengatasi
fenomena yang begitu hebat ini dengan sebijak-bijaknya, supaya hubungan
intrapersonal kita tidak mengalami gangguan. Kalau hubungan intrapersonal kita
terganggu, otomatis ada yang error juga dalam diri kita. Itu yang berabe!
Gadget
emang punya nilai manfaat yang begitu basar. Tapi teman, jika kita tidak
pandai-pandai menggunakan manfaat itu, maka itu pun bisa jadi hal buruk.
Tapi,
tahukah kita, jika semua manfaat itu ternyata bisa menjerumuskan kita pada
hal-hal yang merugikan diri kita juga orang lain?
Kita
jadi lupa diri pada waktu. Sepanjang hari kita sibuk sekali ber-socmed
ria dengan gadget atau handphone kita. Kita yang biasa
berinteraksi dengan keluarga, teman, atau tetangga, kini lebih asyik sendiri di
kamar sambil pencet-pencet gadget.
Waktu luang kita isi hanya dengan benda kesayangan
kita itu saja. Kalau udah ngadepin gadget, kita jadi lupa banyak hal.
Lupa shalat, nggak nyahut dipanggil ortu, nggak belajar, nggak berkomunikasi
dengan keluarga, nggak ini, nggak itu.
Mau
tidur aja yang seharusnya berdoa, malah lupa karena sibuk banget banget
pencet-pencet gadget. Bahkan, naik kendaraan yang harusnya fokus saja,
jadi sempat-sempatnya mencet-mencet gadget.
Nggak
sampai disitu. Hidup kita sibuuukk banget sama up date status yang nggak
penting. Yang lagi jalan-jalan ke sinilah, ke situlah. Yang bikin status
galau-galau, ngamuk-ngamuk ke orang, fitnah-fitnah ke orang, dan lain
sebagainya. Kita juga sibuk nebar-nebar foto selfie ke banyak orang. Foto-foto
itu, makin banyak dipuji dikomentari baik, makin bikin kita bangga aja. Kalau foto
itu penting sih mending. Kalau foto-foto selfie dengan bibir monyong dan muka
menor, sambil badannya ngeliuk sana, ngeliuk sini, apa itu penting???
This
is the problem, friends! Kita jadi “lupa diri” gara-gara kesenangan pada gadget
itu. Kita jadi melanggar batas kewajaran dan berlebihan. Kita jadi lebay dan
alay, serta lalai pada kewajiban kita.
Sesuatu yang asalnya jaiz alias boleh, tapi
jika disalahgunakan, kemudian menjadikan kita lupa pada kewajiban atau
membahayakan jiwa kita atau orang lain, maka ke-jaiz-an hukum itu
menjadi haram, lho!
Sama
seperti gadget tadi. Asal hukum pemakaiannya adalah jaiz. Sebab,
di dalamnya ditemukan banyak manfaat. Namun, jika digunakan dengan berlebihan,
hingga melupakan perkara-perkara yang wajib, seperti jadi malas shalat, malas
berpuasa, malas belajar, malas menyambung silaturahmi, dan lain sebagainya,
maka hukum gadget itu bisa menjadi HARAM.
Well,
kita sudah tahu aturan mainnya, bukan? So, kalau kita masih saja tidak
konsisten menjalankan aturan main hidup kita sendiri, berarti kita tidak
menghargai diri kita sendiri.
Adapted from:
Diary Serba “No!”, Azizah Hefni, 2015.